TEORI-TEORI MASUKNYA HINDU BUDHA KE INDONESIA

SEJAK abad pertama masehi, Kepulauan Indonesia telah dilewati rute perdagangan dunia, yakni Selat Malaka. Saat itu Selat Malaka telah menjadi salah satu jalur lintasan laut menghubungkan Cina dengan India. 


Sumber Gambar: 
Iwan Setiawan dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTS Kelas VII Edisi Revisi 2016, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016), hal. 223


Posisi Indonesia yang strategis, terletak di jalur posisi silang dua benua dan juga dua Samudera, serta berada dekat Selat Malaka memiliki beberapa keuntungan:
a.       Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing seperti India, Cina, Arab, dan juga Persia.
b.      Kesempatan untuk melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar.
c.       Adaptasi atau pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas.

Selain keuntungan tersebut, posisi strategis Indonesia di Selat Malaka juga memudahkan masuknya pengaruh budaya luar. Negara India, merupakan negara pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia yaitu dalam bentuk budaya Hindu-Budha.

Bagaimana cara dan proses masuknya budaya Hindu Budha ke Indonesia? Sampai saat ini masih ada perbedaan pendapat mengenai cara dan proses masuknya kebudayaan Hindu Budha ke Indonesia. Berikut beberapa teori (populer) yang membahas tentang awal mula masuknya Hindu-Budha ke Indonesia.

1.     Teori Brahmana
Teori Brahmana ini dikemukakan oleh JC. Van Leur, berpendapat bahwa para Brahmana datang dari India ke Nusantara atas undangan pimpinan suku dalam rangka pengesahan kekuasaan mereka, sehingga menjadikan sama dengan raja-raja India.

Para kepala suku di Nusantara aktif mendatangkan brahmana untuk mengadakan upacara abhiseka secara Hindu, sehingga para kepala suku menjadi maharaja. Dalam masa perkembangannya, para brahmana akhirnya menjadi purohito (penasehat raja).

Teori brahmana kelihatannya dianggap lebih mendekati kebenaran, karena agama Hindu bersifat tertutup, dimana hanya diketahui kalangan brahmana. Teori brahmana didasarkan pada pengamatan sisa-sisa peninggalan kerajaan bercorak Hindu di Indonesia, umumnya banyak ditemukannya prasasti-prasasti berbahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.

Pada Candi yang ada di Indonesia banyak ditemukan arca Agastya. Umumnya di India, bahasa dan huruf tersebut hanya digunakan dalam kitab suci Weda dan upacara keagamaan, dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasainya. Selain itu, brahmana di Indonesia berkaitan dengan upacara Vratyastoma dan abhiseka.

Namun terdapat kelemahan dari teori ini, di India ada peraturan bahwa brahmana tidak boleh keluar dari negerinya. Oleh sebab itu, tidak mungkin mereka dapat menyiarkan agama ke Indonesia.

2.     Teori Kesatria
Teori kesatria dikemukakan oleh C.C Berg, Mookerji, dan J.C Moens, menurut teori ini, masuknya budaya India ke Nusantara adalah melalui para kesatria. Saat zaman dulu, di negara India sering terjadi peperangan antar golongan, salah satunya adalah kekacauan politik dalam negara India berupa perang besar antara Brahmana dan Kesatria.

Para kesatria yang kalah dalam peperangan lalu memilih untuk meninggalkan India, diantara kesatria yang pergi ada yang sampai ke wilayah Nusantara. Kesatria inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggal. Disamping mereka menetap, juga para kesatria menyebarkan agama dan budaya yang mereka ikuti, yaitu agama dan budaya Hindu.

3.     Teori Waisya
Teori Waisya dikemukakan oleh N.J Krom, ia berpendapat bahwa kasta Waisya adalah yang paling berjasa dalam penyebaran agama Hindu di Nusantara. Kaum Waiysa merupakan mereka yang berasal dari kalangan pekerja ekonomi, seperti pedagang dan saudagar.

Para pedagang yang berasal dari India atau pusat-pusat Hindu lain di Asia ini banyak melakukan hubungan dagang dengan masyarakat atau penguasa pribumi. Kesempatan ini yang membuka peluang bagi masuknya agama Hindu di Indonesia. Teori ini dirasa lebih tepat karena sesuai dengan kondisi Nusantara sebagai Negeri yang sering dilewati perdagangan internasional.

4.     Teori Sudra
Teori Sudra dikemukakan oleh Van Faber, ia berpendapat bahwa orang-orang yang termasuk kasta Sudra adalah mereka yang dianggap sebagai orang buangan. Kasta Sudra ini diduga datang ke Indonesia bersama kaum Waisya atau Kesatria. Sebab datang dengan jumlah yang sangat besar, para kasta Sudra ini yang telah memberikan andil paling besar terkait masuknya agama Hindu di Indonesia.

5.     Teori Arus Balik
Teori ini dikemukakan oleh G.Coedes, ia berpendapat bahwa berkembangnya pengaruh kebudayaan India dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri. Indonesia mempunyai kepentingan untuk datang dan berkunjung ke India. Sebab hubungan dagang Indonesia dengan India yang meningkat diikuti brahmana untuk menyebarkan agama Hindu dan Budha.

Para pribumi kemudian mempelajari agama Hindu dan Buddha, setelah cukup lama, mereka kembali ke Indonesia dan ikut menyebarkan pengetahuan mengenai agama Hindu-Budha dengan menggunakan bahasa sendiri di masyarakat Indonesia. Sebab demikian ajaran agama lebih cepat diterima bangsa Indonesia.


Sunarno,
Guru IPS SMPIT Ihsanul Fikri Mungkid Kabupaten Magelang

Sumber:
R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, Yogyakarta: Kanisius (1973)
Iwan Setiawan dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTS Kelas VII Edisi Revisi 2016, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016)

SOAL UJI PEMAHAMAN MATERI IPS KAPAN INDONESIA MEMASUKI MASA SEJARAH

Bacalah materi-materi berikut sebelum mengerjakan soal!

Pilihlah jawaban yang paling tepat!

1. Berikut merupakan ciri-ciri masyarakat praaksara, kecuali ….
a. Tidak mengenal tulisan
b. Hidup secara nomaden
c. Tidak memiliki kebudayaan
d. Hidup bergantung pada alam

2. Perbedaan antara artefak dan fosil yang tepat di bawah ini adalah ….
a. Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup dan artefak adalah benda-benda peninggalan zaman dahulu
b. Fosil adalah benda-benda peninggalan zaman dahulu dan artefak adalah sisa-sisa makhluk hidup
c. Artefak adalah sisa-sisa kehidupan makhluk hidup dan fosil adalah sisa- kerangka dan tengkorak manusia
d. Artefak adalah sisa-sisa kerangka dan tengkorak manusia dan fosil adalah  benda-benda peninggalan makhluk hidup

3. Faktor yang membedakan masa prasejarah dan sejarah adalah ditemukannya ….
a. Fosil
b. Artefak
c. Tulisan
d. Cerita lisan

4. Masa sejarah juga sering disebut sebagai masa ….
a. Nirleka
b. Praaksara
c. Prasejarah
d. Aksara

5. Bangsa di dunia yang pertama kali memasuki masa sejarah adalah bangsa ….
a. Arab dan Cina
b. Rusia dan Cina
c. Mesopotamia dan Mesir
d. Amerika Serikat dan Inggris

6. Masyarakat Indonesia mulai mengenal tulisan sekitar abad ke-5 Masehi. Hal ini diketahui dari adanya prasasti …. yang ditemukan di daerah Muara Kaman, Kalimantan Timur.
a. Nekara
b. Yupa
c. Menhir
d. Arca

7. Kerajaan Hindu Tertua di Indonesia adalah ….
a. Tarumanegara
b. Mataram Kuno
c. Sriwijaya
d. Kutai

8. Tujuh buah Yupa yang ditemukan di Kerajaan Kutai merupakan peninggalan yang ditulis pada masa pemerintahan raja ....
a. Kudungga
b. Purnawarman
c. Aswawarman
d. Mulawarman

9. Satu satu isi Prasasti Yupa menyebutkan Raja Mulawarman telah menghadiahkan 20.000 ekor sapi yang diberikan kepada ….
a. Kaum Sudra
b. Kaum Brahmana
c. Kaum Ksatriad
d. Kaum Waisya

10. Dalam kehidupan politik yang dijelaskan dalam prasasti Yupa yaitu sebagaiberikut, kecuali ….
a. Kata Waprakeswara adalah tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa
b. Maharaja Kudungga memiliki seorang putra bernama Aswawarman yang disamakan dengan Dewa Matahari (Ansuma)
c. Aswawarman memiliki 2 orang putra, dan yang paling termuka yaitu Mulawarman
d. Mulawarman pernah bersedekah 20.000 ekor lembu kepada para Brahmana

SOAL UJI PEMAHAMAN MATERI ASAL USUL NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA

Pilihlah jawaban yang paling tepat!

1. Tokoh yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari Asia daratan berdasarkan persamaan artefak yang ditemukan di Indonesia dengan di Asia daratan adalah ….
a. Von Heine Geldern
b. H. Kern
c. Branoles
d. Mohammad Yamin

2. Jalur masuknya bangsa Proto Melayu ke Indonesia melalui dua jalan, yaitu ....
a. jalan utara dan selatan
b. jalan darat dan laut
c. jalan barat dan timur
d. jalan timur dan tenggara

3. Bangsa Indonesia yang termasuk keturunan bangsa Proto Melayu adalah ....
a. suku Toraja dan suku Bugis
b. suku Dayak dan suku Jawa
c. suku Jawa dan suku Bugis
d. suku Toraja dan suku Dayak

4. Penyebab nenek moyang bangsa Indonesia melakukan migrasi dari Yunan ke Indonesia adalah ....
a. mulai menipisnya bahan makanan di daerah Yunan
b. serangan dari suku bangsa lain sehingga mereka terdesak
c. di daerah Yunan sering terjadi peperangan antarsuku
d. kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia masih berpindah-pindah

5. Bangsa Indonesia yang termasuk keturunan bangsa Deutero Melayu adalah ....
a. Suku Toraja dan Minang
b. Suku Batak dan Jawa
c. Suku Jawa dan Bugis
d. Suku Toraja dan Batak

6. Jenis manusia Proto Melayu diperkirakan hidup pada zaman ....
a. Paleolitikum
b. Mesolitikum
c. Neolitikum
d. Megalitikum

7. Bangsa Proto Melayu datang ke Indonesia pada tahun ….
a. 4500 hingga 3000 SM
b. 3000 hingga 1500 SM
c. 1500 hingga 500 SM
d. 500 hingga 100 SM

8. Bangsa yang menjadi pendukung kebudayaan kapak persegi adalah bangsa ….
a. Melayu Muda                           
b. Melayu Tua
c. Melayu Austronesia                             
d. Melayu Austroasia

9. Kebudayaan perunggu dari Dongson berkembang di Nusantara dibawa oleh suku bangsa ...
a. Melayu Austronesia
b. Papua Melanesoid
c. Proto-Melayu
d. Deutro-Melayu

10. Percampuran Melanesoid dengan bangsa melayu, menghasilkan keturunan melanesoid-melayu yang merupakan penduduk asli dari daerah ….
a. Sulawesi
b. Kalimantan
c. Nusa Tenggara Timur
d. Papua

KAPAN INDONESIA MEMASUKI MASA SEJARAH?

Oleh: Sunarno*

Masa sejarah adalah suatu periode kehidupan manusia sejak manusia mengenal tulisan. Masa sejarah juga sering disebut sebagai masa aksara. Kapan pertama kali ditemukan tulisan di suatu bangsa menjadi tonggak bangsa tersebut memasuki masa sejarah. Tentu antara bangsa satu dengan lainnya akan berbeda tergantung kapan pertama kali ditemukan tulisan di bangsa tersebut.

Bangsa yang pertama kali memasuki masa sejarah adalah Bangsa Sumeria. Georg Scheder, menyampaikan bahwa sejarah huruf pertama kali muncul sekitar 3000 tahun yang lalu. Bangsa Sumeria yang berada di daerah antara sungai Efrat dan Tigris (sekarang Irak), adalah bangsa yang pertama kali menciptakan dan menggunakan huruf-huruf paku yang merupakan cikal bakal dari lahirnya huruf  yang dikembangkan di dunia.

Dalam waktu yang hampir bersamaan, Bangsa Mesir kuno juga mengembangkan tulisan hieroglif. Hieroglif pada awalnya adalah gambar untuk mewakili objek alamiah. Dalam perkembangannya hieroglif kemudian lebih mewakili bunyi ketimbang visualisasi objek.

Lalu bagaimana dengan Bangsa Indonesia? Jauh ketinggalan dari Sumeria dan Mesir, Bangsa Indonesia baru mengenal tulisan sekitar abad ke-5 Masehi. Hal ini diketahui dari prasati Yupa (tugu batu bertulis yang berfungsi sebagai tugu peringatan) yang terdapat di hulu sungai Mahakam, Muara Kaman, Kalimantan Timur.

Prasasti yang ditulis dengan huruf pallawa dan bahasa sanskerta ini dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman dari Kerajaan Kutai, kerajaan Hindu pertama di Indonesia. Ada tujuh buah Yupa yang ditemukan. Berikut adalah isi dari ketujuh Yupa yang sampai hari ini masih bisa baca dan saksikan.


Prasasti Yupa Nomor Inventaris D.175

1. Prasasti Yupa D. 2a (Muarakaman I)
Prasasti ini dituliskan pada batu berbentuk tiang (yupa); ditulis pada sisi depan dengan bahasa Sanskerta dan aksara Palawa dalam 12 baris tulisan.

Prasasti ini diawali dengan silsilah Raja Mulawarman yang menyebutkan Sri Maharaja Kundungga yang berputra Aswawarman, yang mempunyai tiga orang anak. Yang terkemuka di antara ketiga anaknya itu ialah Mulawarman, raja yang berperadaban baik, kuat dan berkuasa. Disebutkan Mulawarman telah mengadakan upacara selamatan yang dinamakan bahusuwamnakam ("emas amat banyak"), dan sebagai tanda peringatan selamatan tersebut tugu batu (yupa) ini didirikan oleh para brahmana.

2. Prasasti Yupa D. 2b (Muarakaman II)
Prasasti ini dituliskan pada batu berbentuk tugu (yupa). Prasastinya dipahatkan pada sisi depan dalam 8 baris dengan aksara Palawa dan bahasa Sanskerta.

Prasasti ini menyebutkan Sri Mulawarman sebagai raja mulia dan terkemuka, yang telah memberikan sedekah 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana, yang seperti api di tanah yang suci waprakeswara, Sebagai tanda kebajikan Sang Raja, tugu peringatan ini dibuat oleh para Brahmana yang datang di tempat ini.

3. Prasasti Yupa Nomor Inventaris D.2c (Muarakaman III)
Prasasti ini dipahatkan pada sebuah tiang batu (yupa). Dituliskan dalam 8 baris tulisan dengan aksara Palawa dan bahasa Sanskerta.

Menyebutkan tentang kebaikan budi dan kebesaran Raja Mulawarman, raja besar yang sangat mulia, yang diwujudkan dengan sedekah yang banyak sekali. Berhubung dengan kebaikan itulah maka para brahmana mendirikan tugu (yupa) ini sebagai tanda peringatan.

4. Prasasti Yupa Nomor Inventaris D.2d (Muarakaman IV)
Prasasti ini dipahatkan pada sisi bagian depan dalam 11 baris tulisan beraksara Palawa dan bahasa Sanskerta, akan tetapi tulisannya sudah terhapus sehingga tidak dapat diketahui lagi isinya. Yang masih tampak dengan jelas hanyalah bentuk pahatan segiempat kecil bekas "kepala aksara" yang oleh J.G. de Casparis disebut "box-heads" (de Casparis, 1975: 86).

5. Prasasti Yupa Nomor Inventaris D.175 (Muarakaman V)
Prasasti ini dipahatkan pada bagian sisi depan dengan 4 baris tulisan beraksara Palawa dan bahasa Sanskerta.

Yupa ini ditulis sebagai peringatan atas dua sedekah yang telah diberikan oleh Raja Mulawarman, berupa segunung minyak kental dan lampu dengan malai bunga.

6. Prasasti Yupa Nomor Inventaris D.176 (Muarakaman VI)
Prasasti ini dipahatkan pada bagian depan yupa dengan 8 baris tulisan beraksara Palawa dan bahasa Sanskerta. Bagian atas dan sisi kiri prasasti ini telah pecah sehingga beberapa kata pada akhir baris terputus.

Prasasti ini dimulai dengan seruan selamat bagi Sri Maha Raja Mulawarman yang termashur, yang telah memberikan persembahan kepada para Brahmana berupa air, keju (ghrta), dan minyak wijen, demikian pula sebelas ekor sapi jantan.

7. Prasasti Yupa Nomor Inventaris D.177 (Muarakaman VII)
Prasasti ini seperti prasasti-prasasti Muarakaman yang lainnya, dipahatkan pada salah satu sisi sebuah batu berbentuk tiang (yupa). Prasastinya terdiri dari 8 baris dengan aksara Palawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti ini pada beberapa baris terdapat aksara yang sudah aus, sehingga tidak dapat dibaca lagi.

Sri Maharaja Mulawarman yang terkenal telah menaklukkan raja-raja lain dan menguasainya seperti Raja Yudhistira. Diwa Prakeswara beliau menghadiahkan 40.000 ..... , dan kemudian menghadiahkan lagi 30.000. Disebutkan pula adanya penyelenggaraan upacara­upacara lainnya. Tugu tanda peringatan ini dibangun oleh para brahmana yang datang dari daerah lain.




RENUNGAN
Isi Prasasti Yupa yang ditulis sejak abad ke-5 sampai hari ini masih terwariskan dan terbaca dengan utuh. Tentu berbeda faktanya, jika isi dari prasasti tersebut sekedar diceritakan, akan mengalami distorsi (penyimpangan isi), bahkan hilang tak tersisa. Tuliskan maka akan terwariskan!

Sumber:
R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, Yogyakarta: Kanisius (1973)


*Guru SMPIT Ihsanul Fikri Mungkid Kabupaten Magelang Jawa Tengah

PERBEDAAN MASA PRASEJARAH DAN SEJARAH

Oleh: Sunarno*

Masa prasejarah juga disebut sebagai masa praaksara. Praaksara berasal dari gabungan kata pra dan aksara. Pra berarti sebelum dan aksara berarti tulisan. Sehingga, yang dimaksud masa praaksara adalah masa sebelum manusia mengenal tulisan. Selain itu, masa praaksara juga disebut dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan.

Masa prasejarah berawal sejak manusia ada dan berakhir ketika manusia mulai mengenal tulisan. Karena pada masa praaksara manusia belum mengenal tulisan, maka tidak ada peninggalan tertulis dari masa praaksara. Untuk mengetahui perkembangan kehidupan manusia pada masa tersebut dapat menggunakan sumber artefak, fosil, atau pun cerita turun temurun.

Artefak adalah benda-benda atau alat-alat peninggalan pada zaman dahulu. Artefak dapat digunakan untuk memperkirakan bagaimana perkembangan kehidupan manusia. Sementara, fosil adalah sisa-sisa dari makhluk baik manusia, hewan, maupun tumbuhan yang sudah membatu. Fosil dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan fisik makhluk hidup pada masa prasejarah.

    Tulisan Mesir Kuno

Dengan demikian dapat disimpulkan faktor yang membedakan masa prasejarah dan sejarah adalah ditemukannya tulisan. Di masa sejarah, untuk mengetahui perkembangan kehidupan manusia selain bersumberkan artefak, fosil, dan cerita turun temurun, juga ditambah sumber tulisan.


*Guru SMPIT Ihsanul Fikri Mungkid Kabupaten Magelang Jawa Tengah

ASAL USUL NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA

Oleh: Sunarno*

Dari mana asal usul nenek moyang Bangsa Indonesia? Pertanyaan ini sejenis dengan, berapa lama bangsa Indonesia dijajah? Untuk pertanyaan kedua kebanyakan orang menjawab 3,5 abad. Tentu saja jawaban tersebut kurang tepat.

Sebelum menjawab semestinya bertanya balik dulu, bangsa Indonesia yang mana? Faktanya, lama penjajahan di satu daerah dengan daerah lain adalah berbeda-beda (insyaAllah akan ada di tulisan lain). Sehingga pertanyaan itu semestinya didetailkan, misal, berapa lama Jawa dijajah? Berlama lama Aceh dijajah?

Pun, dengan pertanyaan, dari mana asal usul nenek moyang bangsa Indonesia? Karena bangsa Indonesia terdiri bermacam-macam ras tentu saja jawaban dari pertanyaan tersebut juga akan beragam sesuai rasnya.

Atau agar pertanyaan tersebut langsung dapat dijawab bisa ditambah pernyataan prasyarat. Misal menjadi, dari mana asal usul nenek moyang bangsa Indonesia berdasar benda-benda peninggalannya, berdasar bahasanya, berdasar rasnya, dan lain-lain.

Tulisan ini secara spesifik akan mengulas asal usul bangsa Indonesia berdasar artefak atau benda-benda peninggalannya. Ada banyak ahli yang membahas tentang hal tersebut. Namun, dalam tulisan ini hanya akan ditampilkan beberapa pendapat saja.

Menurut Robert von Heine Geldern (seorang ahli prasejarah, arkeolog, dan etnolog asal Wina) bangsa Indonesia berasal dari daerah Asia. Pendapat ini dibuktikan oleh kesamaan artefak purba yang ditemukan di Indonesia dengan artefak purba di daratan Asia.

Ahli lain yang bernama Hogen menyatakan bahwa bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatera. Bangsa Melayu ini kemudian bercampur dengan bangsa Mongol yang disebut bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) dan Deutro Melayu (Melayu Muda). Bangsa Proto Melayu kemudian menyebar di sekitar wilayah Indonesia pada tahun 3.000 hingga 1.500 SM, sedangkan bangsa Deutro Melayu datang ke Indonesia sekitar tahun 1.500 hingga 500 SM.

Tak beda jauh dari Hogen, sejarawan asal Indonesia Drs. R Moh Ali menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan, Cina. Pendapat ini dipengaruhi oleh pendapat Mens yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa lebih kuat sehingga mereka pindah ke selatan, termasuk ke Indonesia. Ali mengemukakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai besar yang terletak di daratan Asia dan mereka berdatangan secara bergelombang.

Untuk menyeberangi lautan dari daratan Asia Tenggara seperti Malaysia dan sekitarnya, nenek moyang bangsa Indonesia menggunakan perahu bercadik. Perahu bercadik adalah perahu yang memiliki tangkai kayu di kedua sisinya sebagai alat penyeimbang. Menurut Hornell, seorang peneliti jenis-jenis perahu di Nusantara dan Negara-negara sekitarnya, menyebutkan bahwa perahu bercadik adalah produk asli bangsa Indonesia.

    Sumber: ikhtisarislami.com

Gelombang pertama berlangsung dari 3.000 hingga 1.500 SM (Proto Melayu)
Ciri-ciri gelombang pertama adalah kebudayaan Neolitikum dengan jenis perahu bercadik-satu, sedangkan gelombang kedua menggunakan perahu bercadik-dua. Proto Melayu (Melayu Tua), mereka dianggap sebagai kelompok melayu Polinesia yang bermigrasi dari wilayah Cina Selatan (sekarang menjadi Provinsi Yunnan).

Proto Melayu bermigrasi ke wilayah Nusantara melalui dua jalur yaitu jalur barat dan timur. Jalur barat bermula dari Yunnan (Cina Bagian Selatan) masuk ke Indochina, kemudian masuk ke Siam, Semenanjung Melayu, Sumatra dan akhirnya menyebar ke pulau-pulau di Indonesia. Jalur timur melewati Kepulauan Ryukyu Jepang. Dari sana mereka mengarungi lautan menuju Taiwan, Filipina, Sangir, dan masuk ke Sulawesi.

Proto Melayu membawa perkakas dari batu berupa kapak persegi dan kapak lonjong. Kapak persegi dibawa oleh Proto Melayu yang bermigasi melalui jalur barat, sedangkan kapak lonjong dibawa oleh Proto Melayu yang bermigasi melalui jalur timur. Suku bangsa Indonesia yang tergolong Proto Melayu ini, yaitu Batak, Dayak dan Toraja.

Gelombang kedua terjadi pada 1.500 hingga 500 SM (Deutro Melayu).
Deutro Melayu (Melayu Muda) yang berasal dari Indochina bagian utara. Kedatangan Deutro-Melayu mendesak keberadaan Proto Melayu ke arah pedalaman. Mereka memperkenalkan perkakas dan senjata yang terbuat dari besi atau logam.

Mereka telah melakukan kegiatan bercocok tanam. Padi yang banyak ditanam di Indonesia saat ini dibawa oleh Deutro Melayu dari wilayah Assam Utara atau Birma Utara. Kebudayaan bangsa Deutro Melayu lebih tinggi tingkatannya dibanding dengan kebudayaan bangsa Proto Melayu. Hasil kebudayaannya terbuat dari logam (besi dan perunggu).

Kebuadayaan mereka juga dikenal atau biasa disebut kebudayaan Don Song, yaitu sebuah nama kebudayaan yang ada di daerah Tonkin yang memiliki persamaan dengan kebudayaan bangsa Deutro Melayu. Deutro Melayu inilah yang melahirkan sebagian besar suku-suku di Indonesia seperti Melayu, Minang, Jawa, Bugis, dan Bali.

Jauh sebelum proto melayu dan deutro melayu datang ke Indonesia, sebenarnya sudah ada penduduk yg tinggal di Indonesia. Mereka diperkirakan sdh masuk di Indonesia sejak zaman glasial. Pada saat itu Kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Mereka adalah bangsa melanesoid, negroid, dan weddoid.

Bangsa-bangsa tersebut pada awalnya mendiami Asia Bagian Tenggara yang saat itu masih bersatu sebagai daratan pada zaman es atau periode glasial. Namun, setelah periode es berakhir dan es mencair, maka dataran tersebut kemudian terpisah oleh lautan yaitu laut China Selatan dan laut Jawa. Akibatnya, daratan yang tadinya bersatu kemudian terpisah menjadi daratan utama Asia dan Kepulauan Indonesia.

Keturunan bangsa melanesoid mayoritas berada di Papua, Pulau Aru, dan Pulau Kai. Bangsa negroid menurunkan Suku Semang di Semenanjung Malaka dan Suku Mikopsi di Kepulauan Andaman. Sementara bangsa weddoid menurunkan Suku Sakai di Siak Riau, Suku Kubu di Sumatera Selatan dan Jambi, Suku Tomuna di Pulau Muna, Suku Enggano di Pulau Enggano, dan Suku Mentawai di Kepulauan Mentawai.

Pada perkembangan selanjutnya, terjadi percampuran antara bangsa Melanesoid dan bangsa Melayu yang menghasilkan keturunan Melanesoid-Melayu. Saat ini mereka merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

Sumber:
R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1, Yogyakarta: Kanisius (1973)

Iwan Setiawan dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTS Kelas VII Edisi Revisi 2016, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016)

Magdalia Alfian dkk, Sejarah untuk SMA dan MA Kelas X, Jakarta: Esis (2007)


*Guru SMPIT Ihsanul Fikri Mungkid Kabupaten Magelang Jawa Tengah