SEJAK abad pertama masehi, Kepulauan Indonesia telah dilewati rute perdagangan dunia, yakni Selat Malaka. Saat itu Selat Malaka telah menjadi salah satu jalur lintasan laut menghubungkan Cina dengan India.
Sumber Gambar:
Iwan Setiawan dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTS Kelas VII Edisi Revisi 2016, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016), hal. 223
Iwan Setiawan dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTS Kelas VII Edisi Revisi 2016, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016), hal. 223
Posisi Indonesia yang strategis, terletak di jalur posisi silang dua benua dan juga dua
Samudera, serta berada dekat Selat Malaka memiliki beberapa keuntungan:
a.
Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing seperti India,
Cina, Arab, dan juga Persia.
b.
Kesempatan untuk melakukan hubungan perdagangan
internasional terbuka lebar.
c.
Adaptasi atau pergaulan dengan bangsa-bangsa lain
semakin luas.
Selain keuntungan tersebut, posisi strategis Indonesia di Selat Malaka juga memudahkan masuknya pengaruh budaya luar. Negara India, merupakan negara pertama yang memberikan
pengaruh kepada Indonesia yaitu dalam bentuk budaya Hindu-Budha.
Bagaimana cara dan proses masuknya budaya Hindu Budha ke Indonesia? Sampai saat ini masih
ada perbedaan pendapat mengenai cara dan proses masuknya kebudayaan Hindu Budha
ke Indonesia. Berikut beberapa teori (populer) yang membahas
tentang awal mula masuknya Hindu-Budha ke Indonesia.
1.
Teori
Brahmana
Teori Brahmana ini dikemukakan oleh JC. Van Leur, berpendapat bahwa para Brahmana datang dari India ke Nusantara atas undangan pimpinan suku dalam rangka pengesahan kekuasaan mereka, sehingga menjadikan sama dengan raja-raja India.
Teori Brahmana ini dikemukakan oleh JC. Van Leur, berpendapat bahwa para Brahmana datang dari India ke Nusantara atas undangan pimpinan suku dalam rangka pengesahan kekuasaan mereka, sehingga menjadikan sama dengan raja-raja India.
Para kepala suku di Nusantara
aktif mendatangkan brahmana untuk mengadakan upacara abhiseka secara Hindu,
sehingga para kepala suku menjadi maharaja. Dalam masa perkembangannya, para
brahmana akhirnya menjadi purohito (penasehat raja).
Teori brahmana kelihatannya
dianggap lebih mendekati kebenaran, karena agama Hindu bersifat tertutup,
dimana hanya diketahui kalangan brahmana. Teori brahmana didasarkan pada
pengamatan sisa-sisa peninggalan kerajaan bercorak Hindu di Indonesia, umumnya
banyak ditemukannya prasasti-prasasti berbahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.
Pada Candi yang ada di
Indonesia banyak ditemukan arca Agastya. Umumnya di India, bahasa dan huruf
tersebut hanya digunakan dalam kitab suci Weda dan upacara keagamaan, dan hanya
golongan Brahmana yang mengerti dan menguasainya. Selain itu, brahmana di
Indonesia berkaitan dengan upacara Vratyastoma dan abhiseka.
Namun terdapat kelemahan dari
teori ini, di India ada peraturan bahwa brahmana tidak boleh keluar dari
negerinya. Oleh sebab itu, tidak mungkin mereka dapat menyiarkan agama ke
Indonesia.
2. Teori Kesatria
Teori kesatria dikemukakan
oleh C.C Berg, Mookerji, dan J.C Moens, menurut teori ini, masuknya budaya
India ke Nusantara adalah melalui para kesatria. Saat zaman dulu, di negara India
sering terjadi peperangan antar golongan, salah satunya adalah kekacauan
politik dalam negara India berupa perang besar antara Brahmana dan Kesatria.
Para kesatria yang kalah dalam
peperangan lalu memilih untuk meninggalkan India, diantara kesatria yang pergi
ada yang sampai ke wilayah Nusantara. Kesatria inilah yang kemudian berusaha
mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggal. Disamping mereka menetap,
juga para kesatria menyebarkan agama dan budaya yang mereka ikuti, yaitu agama
dan budaya Hindu.
3. Teori Waisya
Teori Waisya dikemukakan oleh
N.J Krom, ia berpendapat bahwa kasta Waisya adalah yang paling berjasa dalam
penyebaran agama Hindu di Nusantara. Kaum Waiysa merupakan mereka yang berasal
dari kalangan pekerja ekonomi, seperti pedagang dan saudagar.
Para pedagang yang berasal
dari India atau pusat-pusat Hindu lain di Asia ini banyak melakukan hubungan
dagang dengan masyarakat atau penguasa pribumi. Kesempatan ini yang membuka
peluang bagi masuknya agama Hindu di Indonesia. Teori ini dirasa lebih tepat
karena sesuai dengan kondisi Nusantara sebagai Negeri yang sering dilewati
perdagangan internasional.
4. Teori Sudra
Teori Sudra dikemukakan oleh
Van Faber, ia berpendapat bahwa orang-orang yang termasuk kasta Sudra adalah
mereka yang dianggap sebagai orang buangan. Kasta Sudra ini diduga datang ke
Indonesia bersama kaum Waisya atau Kesatria. Sebab datang dengan jumlah yang
sangat besar, para kasta Sudra ini yang telah memberikan andil paling besar
terkait masuknya agama Hindu di Indonesia.
5. Teori Arus Balik
Teori ini dikemukakan oleh
G.Coedes, ia berpendapat bahwa berkembangnya pengaruh kebudayaan India
dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri. Indonesia mempunyai kepentingan untuk
datang dan berkunjung ke India. Sebab hubungan dagang Indonesia dengan India
yang meningkat diikuti brahmana untuk menyebarkan agama Hindu dan Budha.
Para pribumi kemudian
mempelajari agama Hindu dan Buddha, setelah cukup lama, mereka kembali ke
Indonesia dan ikut menyebarkan pengetahuan mengenai agama Hindu-Budha dengan
menggunakan bahasa sendiri di masyarakat Indonesia. Sebab demikian ajaran agama
lebih cepat diterima bangsa Indonesia.
Sunarno,
Guru IPS SMPIT Ihsanul Fikri Mungkid Kabupaten Magelang
Sumber:
R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2,
Yogyakarta: Kanisius (1973)
Iwan Setiawan dkk, Ilmu
Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTS Kelas VII Edisi Revisi 2016, Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016)