Dari mana asal usul nenek
moyang Bangsa Indonesia? Pertanyaan ini sejenis dengan, berapa lama bangsa
Indonesia dijajah? Untuk pertanyaan kedua kebanyakan orang menjawab 3,5 abad.
Tentu saja jawaban tersebut kurang tepat.
Sebelum menjawab semestinya
bertanya balik dulu, bangsa Indonesia yang mana? Faktanya, lama penjajahan di
satu daerah dengan daerah lain adalah berbeda-beda (insyaAllah akan ada di tulisan
lain). Sehingga pertanyaan itu semestinya didetailkan, misal, berapa lama Jawa
dijajah? Berlama lama Aceh dijajah?
Pun, dengan pertanyaan, dari
mana asal usul nenek moyang bangsa Indonesia? Karena bangsa Indonesia terdiri
bermacam-macam ras tentu saja jawaban dari pertanyaan tersebut juga akan
beragam sesuai rasnya.
Atau agar pertanyaan tersebut
langsung dapat dijawab bisa ditambah pernyataan prasyarat. Misal menjadi, dari
mana asal usul nenek moyang bangsa Indonesia berdasar benda-benda
peninggalannya, berdasar bahasanya, berdasar rasnya, dan lain-lain.
Tulisan ini secara spesifik akan
mengulas asal usul bangsa Indonesia berdasar artefak atau benda-benda
peninggalannya. Ada banyak ahli yang membahas tentang hal tersebut. Namun, dalam
tulisan ini hanya akan ditampilkan beberapa pendapat saja.
Menurut Robert von Heine
Geldern (seorang ahli prasejarah, arkeolog, dan etnolog asal Wina) bangsa
Indonesia berasal dari daerah Asia. Pendapat ini dibuktikan oleh kesamaan
artefak purba yang ditemukan di Indonesia dengan artefak purba di daratan Asia.
Ahli lain yang bernama Hogen
menyatakan bahwa bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari
Sumatera. Bangsa Melayu ini kemudian bercampur dengan bangsa Mongol yang
disebut bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) dan Deutro Melayu (Melayu Muda). Bangsa
Proto Melayu kemudian menyebar di sekitar wilayah Indonesia pada tahun 3.000
hingga 1.500 SM, sedangkan bangsa Deutro Melayu datang ke Indonesia sekitar
tahun 1.500 hingga 500 SM.
Tak beda jauh dari Hogen, sejarawan
asal Indonesia Drs. R Moh Ali menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan, Cina. Pendapat ini
dipengaruhi oleh pendapat Mens yang
berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak
oleh bangsa-bangsa lebih kuat sehingga mereka pindah ke selatan, termasuk ke
Indonesia. Ali mengemukakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai besar yang
terletak di daratan Asia dan mereka berdatangan secara bergelombang.
Untuk menyeberangi lautan dari
daratan Asia Tenggara seperti Malaysia dan sekitarnya, nenek moyang bangsa
Indonesia menggunakan perahu bercadik. Perahu bercadik adalah perahu yang
memiliki tangkai kayu di kedua sisinya sebagai alat penyeimbang. Menurut
Hornell, seorang peneliti jenis-jenis perahu di Nusantara dan Negara-negara
sekitarnya, menyebutkan bahwa perahu bercadik adalah produk asli bangsa
Indonesia.
Sumber: ikhtisarislami.com
Gelombang pertama
berlangsung dari 3.000 hingga 1.500 SM (Proto Melayu)
Ciri-ciri gelombang pertama adalah kebudayaan
Neolitikum dengan jenis perahu bercadik-satu, sedangkan gelombang kedua
menggunakan perahu bercadik-dua. Proto Melayu
(Melayu Tua), mereka dianggap sebagai kelompok melayu Polinesia yang bermigrasi
dari wilayah Cina Selatan (sekarang menjadi Provinsi Yunnan).
Proto Melayu bermigrasi ke wilayah
Nusantara melalui dua jalur yaitu jalur barat dan timur. Jalur barat bermula
dari Yunnan (Cina Bagian Selatan) masuk ke Indochina, kemudian masuk ke Siam,
Semenanjung Melayu, Sumatra dan akhirnya menyebar ke pulau-pulau di Indonesia.
Jalur timur melewati Kepulauan Ryukyu Jepang. Dari sana mereka mengarungi
lautan menuju Taiwan, Filipina, Sangir, dan masuk ke Sulawesi.
Proto Melayu membawa perkakas
dari batu berupa kapak persegi dan kapak lonjong. Kapak persegi dibawa oleh
Proto Melayu yang bermigasi melalui jalur barat, sedangkan kapak lonjong dibawa
oleh Proto Melayu yang bermigasi melalui jalur timur. Suku bangsa Indonesia
yang tergolong Proto Melayu ini, yaitu Batak, Dayak dan Toraja.
Gelombang kedua terjadi pada 1.500 hingga 500 SM
(Deutro Melayu).
Deutro Melayu (Melayu Muda)
yang berasal dari Indochina bagian utara. Kedatangan Deutro-Melayu mendesak
keberadaan Proto Melayu ke arah pedalaman. Mereka memperkenalkan perkakas dan
senjata yang terbuat dari besi atau logam.
Mereka telah melakukan
kegiatan bercocok tanam. Padi yang banyak ditanam di Indonesia saat ini dibawa
oleh Deutro Melayu dari wilayah Assam Utara atau Birma Utara. Kebudayaan bangsa
Deutro Melayu lebih tinggi tingkatannya dibanding dengan kebudayaan bangsa
Proto Melayu. Hasil kebudayaannya terbuat dari logam (besi dan perunggu).
Kebuadayaan mereka juga
dikenal atau biasa disebut kebudayaan Don Song, yaitu sebuah nama kebudayaan
yang ada di daerah Tonkin yang memiliki persamaan dengan kebudayaan bangsa
Deutro Melayu. Deutro Melayu inilah yang melahirkan sebagian besar suku-suku di
Indonesia seperti Melayu, Minang, Jawa, Bugis, dan Bali.
Jauh sebelum proto melayu dan deutro melayu datang ke Indonesia,
sebenarnya sudah ada penduduk yg tinggal di Indonesia. Mereka diperkirakan sdh
masuk di Indonesia sejak zaman glasial. Pada saat itu Kepulauan Indonesia belum
berpenghuni. Mereka adalah bangsa melanesoid, negroid, dan weddoid.
Bangsa-bangsa tersebut pada
awalnya mendiami Asia Bagian Tenggara yang saat itu masih bersatu sebagai
daratan pada zaman es atau periode glasial. Namun, setelah periode es berakhir
dan es mencair, maka dataran tersebut kemudian terpisah oleh lautan yaitu laut
China Selatan dan laut Jawa. Akibatnya, daratan yang tadinya bersatu kemudian
terpisah menjadi daratan utama Asia dan Kepulauan Indonesia.
Keturunan bangsa melanesoid mayoritas
berada di Papua, Pulau Aru, dan Pulau Kai. Bangsa negroid menurunkan Suku
Semang di Semenanjung Malaka dan Suku Mikopsi di Kepulauan Andaman. Sementara bangsa
weddoid menurunkan Suku Sakai di Siak Riau, Suku Kubu di Sumatera Selatan dan
Jambi, Suku Tomuna di Pulau Muna, Suku Enggano di Pulau Enggano, dan Suku
Mentawai di Kepulauan Mentawai.
Pada perkembangan selanjutnya,
terjadi percampuran antara bangsa Melanesoid dan bangsa Melayu yang
menghasilkan keturunan Melanesoid-Melayu. Saat ini mereka merupakan penduduk
Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
Sumber:
R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1,
Yogyakarta: Kanisius (1973)
Iwan Setiawan dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTS Kelas
VII Edisi Revisi 2016, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(2016)
Magdalia Alfian dkk, Sejarah untuk SMA dan MA Kelas X,
Jakarta: Esis (2007)
*Guru SMPIT Ihsanul Fikri Mungkid Kabupaten Magelang Jawa Tengah
Berarti dulu Indonesia gabung y
BalasHapus